La Tahzan 1
Dalam salah satu
babnya diceritakan: syahdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik.
la memberinya makan, pakaian dan minum, mendidikanya hingga menjadi orang
pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya
kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur,
ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing
galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. la tak hanya berani
menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap
orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.
Karena itu, siapa
saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi
fitrahnya, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan,
ketenangan seperti itu akan mendatangkan balasan pahala dari Dzat Yang
perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna. Ajakan ini bukan untuk
menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau
agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya
ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitpun oleh kekejian dan
pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah
Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.
Berbuatlah kebaikan
hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah
terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan
keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika
orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas
itu lebih baik dari tangan yang di bawah.
{Sesungguhnya kami
memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan
keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu
dan tidak pula
(ucapan) terima kasih.}
(QS. Al-Insan: 9)
Masih banyak orang
berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikiranya saat menghadapi
kritikan atau cercaan pedas dari orangorang sekitarnya. Terkesan, mereka
seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Ilahi yang menjelaskan dengan gamblang
tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu
itu dikatakan:
{Tetapi setelah Kami
hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui
(jalannya yang
sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk
(menghilangkan)
bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu
memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.}
(QS. Yunus: 12)
Komentar
Posting Komentar